MAKALAH
ILMU
SOSIAL BUDAYA DASAR (ISBD)
JUDUL
MANUSIA
SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN SOSIAL
Disusun
oleh :
Nama :
Yohana Pertiwi
Nim : 305-1311-072
Klas : B
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SUKABUMI
PROGRAM
STUDI TEKNIK INFORMATIKA
2013-2014
Daftar Isi
BAB 1
Pendahuluan
1.1
Latar
Belakang
1.2
Rumusan
Masalah
1.3
Tujuan
Penulisan
1.4
Prosedur
Pemecahan Masalah
1.5
Sistematika
Penulisan
BAB 2
Pembahasan
1. MANUSIA
SEBAGAI MAHLUK INDIVIDU
2. MANUSIA
SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL
3. INTERAKSI
SOSIAL
BAB 3
Penutup
1. Kesimpulan
2. Saran
Daftar
Pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR
BELAKANG
Berbicara tentang manusia tidak akan
pernah habis dan selalu menarik, asumsi ini cukup rasional mengingat manusia
sebagai ciptaan yang unik dan dalam bahasa agama sering diungkap sebagai
ciptaan yang sempurna. Kesempurnaan itu bukan saja pada dimensi fisik dimana
struktur tubuh dan anatomi manusia, secara psikis manusia diberi kelebihan ruh
dengan akal sebagai given untuk hidup dan kehidupan manusia. Proses penciptaan
manusia yang sempurna ini tentu sangat berbeda dengan penciptaaan lain, seperti
binatang. Keistimewaan yang dimiliki manusia dengan beragam bentuk, warna
kulit, karakterstik, minat, bakat dan lain sebagiannya membawa kesadaran
tentang keadilan sang pencipta yang telah menciptakan sosok ciptaan yang
sempurna.
Selain kestimewaan di atas, mengapa
dipandang perlu untuk membicarakan tentang dimensi manusia dari berbagai sudut
pandang yang berbeda, apakah selama ini timbul persoalan mendasar mengapa terma
manusia tidak akan habis dibicarakan sepanjang manusia hidup dalam jagad raya
ini. Selain itu apa hubungannya manusia dengan alam, binatang dan bahkan sesame
manusia itu sendiri. Ada beberapa persoalan mendasar mengapa terma manusia
selalu menjadi diskurses tanpa batas.
1.
Bahwa
manusia dengan kestimewaan akal telah mampu menembus peradaban yang spektakuler
setelah melewati revolusi perdaban yang cukup lama. Kekuatan akal ini
melahirkan daya cipta (nilai-nilai ketuhanan) manusia dalam memenuhi
kebutuhannya. Berbagai masterpiece telah dilahirkan manusia melalui akalnya,
seperti penemuan telpon, listrik, pesawat, satelit, dan bahkan ruang angkasa.
Bisa dikatakan dengan daya citpa yang tanpa batas (baca: manusia), manusia
mampu menemukan problem-problem sosial yang harus dipecahkan dengan kekuatan
akal, sehingga terwujud kemanfaatan yang baik untuk masyarakat itu sendiri.
2. Keistimewaan
manusia dengan akalnya dan kemampuan daya ciptan yang luar biasa, ternyata
menimbulkan sebuah ketakutan tersendiri bagi diri manusia, yaitu ketika akal
berbicara dan mampu mencipta apakah selama itu manusia bebas dari nilai? Dan
tidak mengindahkan sisi kemanfaatan bagi umat manusia yang lain. Fakta ini
cukup rasional, melihat adanya kerusakan-kerusakan alam dan kekacaun manusia
itu sendiri. Ketika manusia pertama kali menemukan sebuah benda yang maha
kecil, yaitu atom itu merupakan penemuan yang spektakuler bagi manusia, akan
tetapi muncul kekuatiran, jika atom ini dijadikan senjata pemusnah, maka
habslah manusia. Sejarah berbicara banyak ketika atom dijadikan bahan peledak
dan menimbulkan banyak korban bagi manusian. Belum lagi ditemukannya nuklir
yang awalnya dimanfaatkan untuk kebutuhan tenaga listrik, ternyata dimanfaatkan
juga untuk pembuatan bom, bias dibayangkan dengan dayanya yang sangat besar,
makan kehancuran manusia dan bumi ini segera terjadi.
1.2.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah
di atas, maka masalah yang akan kami angkat dalam makalah ini yaitu sebagai
berikut:
1. Apakah yang dimaksud
dengan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk social ?
2. Bagaimanakah
kedudukan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk social ?
3. Bagaimanakah
karakteristik manusia sebagai makhluk individu dan makhluk social ?
4. Bagaimanakah
pengembangan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk social ?
1.3.
TUJUAN
PENULISAN
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Memahami
lebih jelas tentang manusia sebagai makhluk individu dan makhluk social.
2. Mengetahui
kedudukan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk social.
3. Memahami
karakteristik manusia sebagai makhluk individu dan makhluk social.
4. Mengetahui
pengembangan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk social.
1.4.
PROSEDUR
PEMECAHAN MASALAH
Manfaat yang
diharapkan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
2. Bagi penulis diharapkan
dapat mendatangkann manfaat didalam menambah wawasan serta pengetahuan yang
lebih luas
3. Bagi Pembaca makalah ini diharapkan
dapat mendatangkan manfaat sebagai tambahan informasi serta referensi.
1.5.
SISTEMATIKA
PENULISAN
Didalam sistematika penulisan
makalah ini, akan dijelaskan secara deskripif mengenai pokok-pokok permasalahan
yang erat kaitannya dalam penulisan. Selanjutnya akan dibagi tiap-tiap bab
kedalam sub-sub bab.
Adapun sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Didalam pendahuluan akan dijelaskan
tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan,
serta sistematika penulisan.
BAB II PEMBAHASAN
Didalam bagian ini akan dijelaskan
tentang Pengertian manusia sebagai makhluk individu dan makhluk social,
Kedudukan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk social, Karakteristik
manusia sebagai makhluk individu dan makhluk social, serta Pengembangan manusia
sebagai makhluk individu dan makhluk social.
BAB III PENUTUP
Didalam bagian ini merupakan bagian akhir pada keseluruhan penulisan. Berisi
kesimpulan dan saran terhadap pokok pembahasan yang disajikan dalam laporan
makalah ini.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1.
MANUSIA SEBAGAI MAHLUK INDIVIDU
2.1.1.
Pengertian
Individu
berasal dari kata latin “individuum” artinya yang tidak terbagi, maka kata
individu merupakan sebutan yang dapat digunakan untuk menyatakan suatu kesatuan
yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia sebagai
suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang
terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan. Istilah individu dalam kaitannya
dengan pembicaraan mengenai keluarga dan masyarakat manusia, dapat pula
diartikan sebagai manusia.
Dalam
pandangan psikologi sosial, manusia itu disebut individu bila pola tingkah
lakunyabersifat spesifik dirinya dan bukan lagi mengikuti pola tingkah laku
umum. Ini berarti bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya
memiliki peranan-peranan yang khas didalam lingkungan sosialnya, melainkan juga
mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Didalam suatu
kerumunan massa manusia cenderung menyingkirkan individualitasnya, karena
tingkah laku yang ditampilkannya hampir identik dengan tingkah laku masa.
2.2.
KEDUDUKAN MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU
2.2.1.
Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Manusia
sebagai makhluk individu diartikan sebagai person atau perseorangan atau
sebagai diri pribadi. Manusia sebagai diri pribadi merupakan makhluk yang diciptakan
secara sempurna oleh Tuhan Yang Maha Esa. Disebutkan dalam Kitab Suci Al Quran
bahwa Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya“. Jika kita amati secara seksama benda-benda atau makhluk
ciptaan Tuhan yang ada di sekitar kita, mereka memiliki unsur yang melekat
padanya, yaitu unsur benda, hidup, naluri, dan akal budi.
- Makhluk Tuhan yang hanya memiliki satu unsur, yaitu benda atau materi saja. Misalnya, batu, kayu, dan meja
- Makhluk Tuhan yang memiliki dua unsur, yaitu benda dan hidup. Misalnya, tumbuh-tumbuhan dan pepohonan.
- Makhluk Tuhan yang memiliki tiga unsur, yaitu benda, hidup, dan naluri/ instink.Misalnya, binatang, temak, kambing, kerbau, sapi, dan ayarn.
- Makhluk Tuhan yang memiliki empat unsur, yaitu benda, hidup, naluri/instink, dan akal budi. Misalnya, manusia merupakan makhluk yang memiliki keunggulan dibanding dengan makhluk yang lain karena manusia memiliki empat unsur, yaitu benda, hidup, instink, dan naluri.
2.2.2.
Hakikat manusia
Manusia
adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia didudukkan sesuai dengan
kodrat, harkat, martabat, hak, dan kewajibannya.
- Kodrat manusia
Kodrat
manusia adalah keseluruhan sifat-sifat sah, kemampuan atau bakat- bakat alami
yang melekat pada manusia, yaitu manusia sebagai makhluk pribadi sekaligus
makhluk sosial ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Ditinjau dan kodratnya, kedudukan
manusia secara pribadi antara lain sesuai dengansifat- sifat
aslinya,kemampuannya, dan bakat-bakat alami yang melekat padanya.
- Harkat manusia
Harkat
manusia artinya derajat manusia. Harkat manusia adalah nilai manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
- Martabat manusia
Martabat
manusia artinya harga diri manusia. Martabat manusia adalah kedudukan manusia
yang terhormat sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berakal budi
sehingga manusia mendapat tempat yang tinggi dibanding makhluk yang lain.
Ditinjau dan martabatnya, kedudukan manusia itu lebih tinggi dan lebth
terhormat dibandingican dengan makhluk lainnya
- Hak asasi manusia
Hak asasi
manusia adalah hak dasar yang dimihiki oleh setiap manusia sebagai anugerah dan
Tuhan Yang Maha Esa, seperti hak hidup, hak milik, dan hak kebebasan atau
kemerdekaan.
- Kewaiban manusia
Kewajiban
manusia artinya sesuatu yang harus dikerjakan oleh manusia. Kewajiban manusia
adalah keharusan untuk melakukan sesuatu sebagai konsekwensi manusia sebagai
makhluk individu yang mempunyai hak-hak asasi. Ditinjau dan kewajibannya,
manusia berkedudukan sama, artinya tidak ada diskriminasi dalam melaksanakan
kewajiban hidupnya sehari-hari.
2.3.
KARAKTERISTIK MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU
Setiap insan
yang dilahirkan tentunya mempunyai pribadi yang berbeda atau menjadi dirinya
sendiri, sekalipun sanak kembar. Itulah uniknya manusia. Karena dengan adanya
individulitas itu setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita,
kecenderungan, semangat, daya tahan yang berbeda. Kesanggupan untuk memikul
tanggung jawab sendiri merupakan ciri yang sangat essensial dari adanya
individualitas pada diri setiap insan.
Menurut
Oxendine dalam (Tim Dosen TEP, 2005) bahwa perbedaan individualitas setiap
insan nampak secara khusus pada aspek sebagai berikut
- Perbedaan fisik: usia, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan, kemampuan bertindak.
- Perbedaan sosial: status ekonomi,agama, hubungan keluarga, suku.
- Perbedaan kepribadian: watak, motif, minat dan sikap.
- Perbedaan kecakapan atau kepandaian
2.4.
PENGEMBANGAN MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU
Sebagai
makhluk individu yang menjadi satuan terkecil dalam suatu organisasi atau
kelompok, manusia harus memiliki kesadaran diri yang dimulai dari kesadaran
pribadi diantara segala kesadaran terhadap segala sesuatu. Kesadaran diri
tersebut meliputi kesadaran diri di antara realita,s elf- res pect,s elf- narcisme, egoisme, martabat kepribadian,
perbedaan dan persamaan dengan pribadi
lain, khususnya kesadaran akan potensi-potensi pribadi yang menjadi dasar bagis
elf- real is ation.
Sebagai
makhluk individu, manusia memerlukan pola tingkah laku yang bukan merupakan
tindakan instingtif belaka. Manusia yang biasa dikenal dengan Homo sapiens
memiliki akal pikiran yang dapat digunakan untuk berpikir dan berlaku
bijaksana. Dengan akal tersebut, manusia dapat mengembangkan potensi- potensi
yang ada di dalam dirinya seperti, karya, cipta, dan karsa. Dengan pengembangan
potensi-potensi yang ada, manusia mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia
seutuhnya yaitu makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
Perkembangan
manusia secara perorangan pun melalui tahap-tahap yang memakan waktu puluhan
atau bahakan belasan tahun untuk menjadi dewasa. Upaya pendidikan dalam
menjadikan manusia semakin berkembang. Perkembangan keindividualan memungkinkan
seseorang untuk mengmbangkan setiap potensi yang ada pada dirinya secara
optimal.
Sebagai
makhluk individu manusia mempunyai suatu potensi yang akan berkembang jika
disertai dengan pendidikan. Melalui pendidikan, manusia dapat menggali dan
mengoptimalkan segala potensi yang ada pada dirinya. Melalui pendidikan pula
manusia dapat mengembangkan ide-ide yang ada dalam pikirannya dan menerapkannya
dalam kehidupannya sehari-hari yang dapat meningkatkan kualitas hidup manusia
itu sendiri.
2.5.
KEPRIBADIAN
2.5.1.
Defenisi
Banyak para
ahli yang memberikan perhatian dan mencurahkan penelitiannya untuk
mendeskripsikan penelitiannya mengenai tentang pola tingkah laku yang nantinya
merunut juga pada pola tingkah laku manusia sebagai bahan perbandingannya.
Pola-pola tingkah laku bagi semua individu yang tergolong dalam satu ras pun
tidak ada yang seragam. Sebab tingkah laku Manusia tidak hanya ditentukan oleh
system organic biologinya saja, melainkan juga akal dan pikirannya serta
jiwanya, sehingga variasi pola tingkah laku Manusia sangat besar diversitasnya
dan unik bagi setiap manusia.
Jadi
“Kepribadian” dalam konteks yang lebih mendalam adalah“s us unan unsur-unsur
akal dan jiwa yang menentukan tingkah laku atau tindakan seorang individu”.
2.5.2.
Unsur-unsur Kepribadian
Ada beberapa
unsur-unsur dari kepribadian. Diantaranya adalah sebagai berikut :
- Pengetahuan
Pengetahuan
merupakan suatu unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa orang yang sadar.
Dalam alam sekitar manusia terdapat berbagai hal yang diterimanya melalui panca
inderanya yang masuk kedalam berbagi sel di bagian- bagian tertentu dari
otaknya. Dan didalam otak tersebutlah semuanya diproses menjadi susunan yang
dipancarkan oleh individu kealam sekitar. Dan dalam Antropologi dikenal sebagai
“persepsi” yaitu; “seluruh proses akal manusia yang sadar”.
Ada kalanya
suatu persepsi yang diproyeksikan kembali menjadi suatu penggambaran berfokus
tentang lingkungan yang mengandung bagian-bagian. Penggambaran yang terfokus
secara lebih intensif yang terjadi karena pemustan secara lebih intensif di
dalam pandangan psikologi biasanya disebut dengan “Pengamatan”. Penggambaran
tentang lingkungan dengan fokus pada bagian-bagian yang paling menarik
perhatianya seringkali diolah oleh sutu proses dalam aklanya yang
menghubungkannya dengan berbagai penggambaran lain yang sejenisnya yang
sebelumnya pernah diterima dan diproyeksikan oleh akalnya, dan kemudian muncul
kembali sebagai kenangan. Dan penggambaran yang baru dengan pengertian baru
dalam istilah psikologi disebut“ Apersepsi” .
Penggabungan
dan membandingkan-bandingkan bagian-bagian dari suatu penggambaran dengan
bagian-bagian dari berbagai penggambaran lain yang sejenis secara konsisten
berdasarkan asas-asas tertentu. Dengan proses kemampuan untuk membentuk suatu
penggambaran baru yang abstrak, yang dalam kenyataanya tidak mirip dengan salah
satu dari sekian macam bahan konkret dari penggambaran yang baru.
Dengan
demikian manusia dapat membuat suatu penggambaran tentang tempat-tempat
tertentu di muka bumi, padahal ia belum pernah melihat atau mempersepsikan
tempat-tempat tersebut. Penggambaran abstrak tadi dalam ilmu- ilmu sosial
disebut dengan“ Konsep” .
Cara
pengamatan yang menyebabkan bahwa penggambaran tentang lingkungan mungkin ada
yang ditambah-tambah atau dibesar-besarkan, tetapi ada pula yangdikurangi atau
diperkecil pada bagian-bagian tertentu. Dan ada pula yang digabung dengan
penggambaran-pengambaran lain sehingga menjadi penggambaran yang baru sama
sekali, yang sebenarnya tidak nyata.
Dan
penggambaran baru yang seringkali tidak realistic dalam Psikologi disebut
dengan“ Fantasi” . Seluruh penggambaran, apersepsi, pengamatan, konsep, dan
fantasi merupakan unsur-unsur pengetahuan yang secara sadar dimiliki seorang
Individu.
- Perasaan
Selain
pengetahuan, alam kesadaran manusia juga mengandung berbagai macam perasaan.
Sebaliknya, dapat juga digambarkan seorang individu yang melihat suatu hal yang
buruk atau mendengar suara yang tidak menyenangkan. Persepsi-persepsi seperti
itu dapat menimbulkan dalam kesadaranya perasaan negatif. “Perasaan”, disamping
segala macam pengetahuan agaknya juga mengisi alam kesadaran manusia setiap
saat dalam hidupnya. “Perasaan” adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia
yang karena pengetahuannya dinilai sebagai keadaan yang positif atau negative.
- Dorongan Naluri
Kesadaran
manusia mengandung berbagi perasaan berbagi perasaan lain yang tidak
ditimbulkan karena diperanguhi oleh pengeathuannya, tetapi karena memang sudah
terkandung di dalam organismenya, khususnya dalam gennya, sebagai naluri. Dan
kemauan yang sudah merupakan naluri disebut“D orongan” .
2.5.3. Tujuh
Macam Dorongan naluri
Ada
perbedaan paham mengenai jenis dan jumlah dorongan naluri yang terkandung dalam
naluri manusia yaitu ;
1)
Dorongan
untuk mempertahankan hidup. Dorongan ini memang merupakan suatu kekutan
biologis yang ada pada setiap makhluk di dunia untuk dapat bertahan hidup.
2)
Dorongan
seks. Dorongan ini telah banyak menarik perhatian para ahli antropolagi, dan
mengenai hal ini telah dikembangkan berbagai teori. Dorongan biologis yang
mendorong manusia untuk membentuk keturunan bagi kelanjutan keberadaanya di
dunia ini muncul pada setiap individu yang normal yang tidak dipengaruhi oleh
pengetahuan apapun.
3)
Dorongan
untuk berupaya mencari makan. Dorongan ini tidak perlu dipelajari, dan sejak
baru dilahirkan pun manusia telah menampakannya dengan mencari puting susu
ibunya atau botol susunya tanpa perlu dipelajari.
4)
Dorongan
untuk bergaul atau berinteraksi dengan sesame manusia, yang memang merupakan
landasan biologi dari kehidupan masyarakat manusia sebagai kolektif.
5)
Dorongan
untuk meniru tingkah laku sesamanya. Dorongan ini merupakan asal-mula dari
adanya beragam kebudayaan manusia, yang menyebabkan bahwa manusia mengembangkan
adat. Adat, sebaliknya, memaksa perbuatan yang seragam (conform) dengan
manusia-manusia disekelilingnya.
6)
Dorongan
untuk berbakti. Dorongan ini mungkin ada karena manusia adalah makhluk
kolektif. Agar manusia dapat hidup secara bersama manusia lain diperlukan suatu
landasan biologi untuk mengembangkan Altruisme, Simpati, Cinta, dan sebagainya.
Dorongan itu kemudian lebih lanjut membentuk kekuatan-kekuatan yang oleh
perasaanya dianggap berada di luar akalnya sehingga timbul religi.
7)
Dorongan
untuk keindahan. Dorongan ini seringkali saudah tampak dimiliki bayi, yang
sudah mulai tertarik pada bentuk-bentuk, warna-warnidan suara-suara, irama, dan
gerak-gerak, dan merupakan dasar dari unsur kesenian
2.6. MANUSIA
SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL
2.6.1.
Pengertian
Manusia
adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat
mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri. Sebagai makhluk sosial
karena manusia menjalankan peranannya dengan menggunakan simbol untuk
mengkomunikasikan pemikiran dan perasaanya. Manusia tidak dapat menyadari
individualitas, kecuali melalui medium kehidupan sosial.
Esensi
manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya adalah kesadaran manusia tentang
status dan posisi dirinya adalah kehidupan bersama, serta bagaimana
tanggungjawab dan kewajibannya di dalam kebersamaan.
2.6.2.
Karakteristik Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Telah
berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada yang menitik
beratkan pada pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada individu. Dimana
memiliki unsur-unsur keharusan biologis, yang terdiri dari:
- Dorongan untuk makan
- Dorongan untuk mempertahankan diri
- Dorongan untuk melangsungkan jenis
Dari tahapan
diatas menggambarkan bagaimana individu dalam perkembangannya sebagai seorang
makhluk sosial dimana antar individu merupakan satu komponen yang saling
ketergantungan dan membutuhkan. Sehingga komunikasi antar masyarakat ditentukan
oleh peran oleh manusia sebagai makhluk sosial.
Dalam
perkembangannya manusia juga mempunyai kecenderungan sosial untuk meniru dalam
arti membentuk diri dengan melihat kehidupan masyarakat yang terdiri dari :
- penerimaan bentuk-bentuk kebudayaan, dimana manusia menerima bentuk-bentuk pembaharuan yang berasal dari luar sehingga dalam diri manusia terbentuk sebuah pengetahuan.
- penghematan tenaga dimana ini adalah merupakan tindakan meniru untuk tidak terlalu menggunakan banyak tenaga dari manusia sehingga kinerja mnausia dalam masyarakat bisa berjalan secara efektif dan efisien.
Pada umumnya
hasrat meniru itu kita lihat paling jelas di dalam ikatan kelompok tetapi juga
terjadi didalam kehidupan masyarakat secara luas. Dari gambaran diatas jelas
bagaimana manusia itu sendiri membutuhkan sebuah interaksi atau komunikasi
untuk membentuk dirinya sendiri malalui proses meniru. Sehingga secara jelas
bahwa manusia itu sendiri punya konsep sebagai makhluk sosial.
Yang menjadi
ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk
interaksi sosial didalam hubugannya dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud
adalah dengan manusia satu dengan manusia yang lainnya. Secara garis besar
faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga
hal yakni :
- Tekanan emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain.
- Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang direndahkan maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang lain karena kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan kasih saying orang lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti semula.
- Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis
Manusia
adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat
mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri. Sebagai makhluk sosial
karena manusia menjalankan peranannya dengan menggunakan simbol untuk
mengkomunikasikan pemikiran dan perasaanya. Manusia tidak dapat menyadari
individualitas, kecuali melalui medium kehidupan sosial. Manisfestasi manusia
sebagai makhluk sosial, nampak pada kenyataan bahwa tidak pernah ada manusia
yang mampu menjalani kehidupan ini tanpa bantuan orang lain.
2.6.3.
Kedudukan Manusia sebagai Makhluk Sosial
Manusia
sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat. Dalam
kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi
kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia selalu
membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi,
berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa
sejak lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk sosial.
Hakekat
manusia sebagai makhluk sosial dan politik akan membentuk hukum, mendirikan
kaidah perilaku, serta bekerjasama dalam kelompok yang lebih besar. Dalam
perkembangan ini, spesialisasi dan integrasi atau organissai harus saling
membantu. Sebab kemajuan manusia nampaknya akan bersandar kepada kemampuan
manusia untuk kerjasama dalam kelompok yang lebih besar. Kerjasama sosial
merupakan syarat untuk kehidupan yang baik dalam masyarakat yang saling
membutuhkan.
Kesadaran
manusia sebagai makhluk sosial, justru memberikan rasa tanggungjawab untuk
mengayomi individu yang jauh lebih ”lemah” dari pada wujud sosial yang ”besar”
dan ”kuat”. Kehidupan sosial, kebersamaan, baik itu non formal (masyarakat)
maupun dalam bentuk-bentuk formal (institusi, negara) dengan wibawanya wajib
mengayomi individu.
2.6.4.
Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Di dalam
kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan
untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia
adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan
kondisi yang interdependensi. Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu
hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga masyarakat, dan warga negara.
Hidup dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu mengandung
konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif maupun negatif. Keadaan
positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak
manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antarindividu.
Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan
bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan
sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Pada zaman
modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat
sendiri. Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai
perasaaan emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat
tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih
sayang, harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan
emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan
berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat.
Dalam
berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat
menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang
khas yang dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant mengatakan, "manusia hanya
dapat menjadi manusia karena pendidikan". Jadi jika manusia tidak dididik
maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah
terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar. Hal
tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi
pembentukan pribadi seseorang.
Dengan
demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia hidup
bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam
memenuhi kebutuhan rohani.
2.7.
INTERAKSI SOSIAL
2.7.1.
Pengertian Interaksi Sosial
Manusia
dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling membutuhkan satu
sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi
sosial. Maryati dan Suryawati (2003) menyatakan bahwa, “Interaksi sosial adalah
kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar
individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok”. Pendapat lain
dikemukakan oleh Murdiyatmoko dan Handayani (2004), “Interaksi sosial adalah
hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi
yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan
struktur sosial” . “Interaksi positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat
suasana saling mempercayai, menghargai, dan saling mendukung” (Siagian, 2004).
Berdasarkan
definisi di atas maka dapat menyimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu
hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu
dalam hubungan antar individu, antar kelompok maupun atar individu dan
kelompok.
2.7.2. Macam
- Macam Interaksi Sosial
Menurut
Maryati dan Suryawati (2003) interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
- Interaksi antara individu dan individu
Dalam
hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi positif,
jika jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika
hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan).
- Interaksi antara individu dan kelompok
Interaksi
ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi
sosial individu dan kelompok bermacam - macam sesuai situasi dan kondisinya.
- Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok
Interaksi
sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak
pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan untuk membicarakan suatu
proyek.
2.7.3.
Bentuk - Bentuk Interaksi Sosial
Berdasarkan
pendapat menurut Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial dikategorikan ke dalam
dua bentuk, yaitu :
- Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk-bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti :
- Kerja sama
Kerja sama
adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai
tujuan bersama.
- Akomodasi
Akomodasi
adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan
kelompok - kelompok manusia untuk meredakan pertentangan. Asimilasi Asimilasi
adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar
belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka
waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan
wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.
- Akulturasi
Akulturasi
adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia
dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur - unsur dari suatu
kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur - unsur kebudayaan
asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.
2. Interaksi
sosial yang bersifat disosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk - bentuk
pertentangan atau konflik, seperti :
a.
Persaingan
Persaingan
adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial
tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa
menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak lawannya.
b.
Kontravensi
Kontravensi
adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan
atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara
tersembunyi maupun secara terang - terangan yang ditujukan terhadap perorangan
atau kelompok atau terhadap unsur - unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap
tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi
pertentangan atau konflik.
c.
Konflik
Konflik
adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akibat
adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga
menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi
sosial di antara mereka yang bertikai tersebut.
2.7.4. Ciri
- Ciri Interaksi Sosial
Menurut Tim
Sosiologi (2002), ada empat ciri - ciri interaksi sosial, antara lain :
- Jumlah pelakunya lebih dari satu orang
- Terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosial
- Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas
- d.Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu
2.7.5. Syarat
- Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Berdasarkan
pendapat menurut Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial dapat berlangsung jika
memenuhi dua syarat di bawah ini, yaitu: :
- Kontak sosial
Kontak
sosial adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan awal
terjadinya interaksi sosial, dan masing - masing pihak saling bereaksi antara
satu dengan yang lain meski tidak harus bersentuhan secara fisik.
- Komunikasi
Komunikasi
artinya berhubungan atau bergaul dengan orang lain.
2.7.6.
Faktor-faktor interaksi sosial
- Imitasi
Imitasi
adalah mematuhi kaidah-kaidah yang sudah ada, meng-copy dan meneruskan aturan
yang telah berlaku.
- Sugesti
Sugesti
adalah suatu ide yang didasari oleh kepercayaan diri, inisiatif, atas dasar
ilham, egosentris, atau wawasan pengetahuan, kemudian diterima oleh pihak lain
baik secara otoriter ataupun karena berwibawa dan berpengaruh.
- Identifikasi
Identidikasi
adalah proses pencarian diri dengan melalui penglihatan terhadap orang lain
yang di idealkan-nya, hal tersebut berlangsung secara tidak sadar disertai
adanya keinginan untuk mencontoh.
- Simpati
Simpati
adalah rasa tertarik seseorang terhadap orang lain, hal tersebut didasari oleh
penghormatan karena mempunyai kelebihan, kemampuan, yang patut dijadikan
contoh. Rasa simpati keluar dengan sendirinya tanpa adanya paksaan, kemudian
timbul rasa untuk memahami pihak lain dan keinginan untuk bekerjasama.
BAB3
PENUTUP
3.1.
KESIMPULAN
Setiap orang selalu mengharapkan
keturunannya lebih baik daripada dirinya. Wajar sekali bila mereka memupuk
nilai-nilai luhur untuk ditanamkan dalam sanubari anak-anaknya. Bekerja dan
berkarya bukan sekedar memupuk harta benda atau memuaskan diri mereguk berbagai
kenikmatan dunia (semua yang dapat dirasakan oleh Panca Indera!), melainkan
menemukan kebenaran hidup dan aktualisasi diri (tanpa didasari kesombongan).
Manusia adalah makhluk individu
sekaligus makhluk sosial. Disisi manapun (sebagai makhluk sosial atau
individu), ada pengaruh positif dan negatifnya.
Sebagai makhluk individu, apabila
menganggap dirinya selalu benar, egosentris, mau menang sendiri, tidak mau
mengalah, kasar, tidak toleran, memandang masalah hanya dari sudut pandangnya
saja; maka dia termasuk dalam pengaruh NEGATIF sebagai makhluk individu. Perlu
diingat pula, Rasulullah Muhammad SAW, membutuhkan waktu dan tempat untuk
merenung --silence--, memikirkan segala kenikmatan yang telah dikaruniai oleh
Sang Pencipta, lalu mensyukurinya dan akhirnya membebaskan dirinya dari
belenggu kesombongan, serta mencapai kesempurnaan dengan senantiasa memperbaiki
diri dengan bertafakur.
Sebagai makhluk sosial, manusia
senantiasa membutuhkan pengakuan dari kelompoknya, katakanlah komunitasnya.
Bisa komunitas yang berorientasi geografi (RT/RW, daerah dll), profesi (dokter,
guru dll), hobby (internet, HT, komputer dll), wah masih banyak komunitas yang
ada! Lihatlah perilaku orang pada saat berkelompok. Sebagian besar akan berlaku
tidak disiplin!
Kedisiplinan adalah hal utama dalam
pembentukan kelompok. Tanpa kedisiplinan, setiap kelompok akan liar dan tak
terkendali, bagaikan pertumbuhan sel-sel kanker. Lihat bagaimana Jakarta
porak-poranda di tahun 1997! Tidak mungkin kerusuhan dapat terjadi tanpa
provokasi. Dan saat itu, provokasi terjadi akibat rekayasa, yang merusak nilai
kemuliaan dan tatanan sosial masyarakat!
Kata kunci dari keberhasilan sebagai
makhluk sosial adalah memiliki tujuan luhur yang DIGALANG BERSAMA secara
DISIPLIN dan MAMPU MENAHAN DIRI, apabila terjadi benturan terhadap kepentingan
pribadi.
3.2.
SARAN
Kata kunci dari keberhasilan sebagai
makhluk sosial adalah memiliki tujuan luhur yang DIGALANG BERSAMA secara
DISIPLIN dan MAMPU MENAHAN DIRI, apabila terjadi benturan terhadap kepentingan
pribadi.
Mari kita pupuk perilaku positif
pada anak-anak kita sedini mungkin. Dengan cara itu, diharapkan mereka mampu
menjalani hidup ini sebagai makhluk sosial dan individu secara paripurna.
DAFTAR PUSTAKA
Yaqin. M. Ainul. 2007. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta:
Pilar Media.
Meliono, Irmayanti, Dkk. Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi,Jakarta: Lembaga Penerbit FE
UI, 2008.
Utorodewo, Felicia N., dkk. 2008. Bahasa
Indonesia Sebuah Pengantar PenulisanIlmiah. Depok: PDPT Universitas
Indonesia.
http://www.scribd.com/doc/40488823/Manusia Sebagai
Makhluk Individu dan Makhluk Sosial
Tidak ada komentar:
Posting Komentar